Cagar Budaya yang Tak Berdaya


















Sore itu 15 Agustus 2013 pukul 16:00, rasa ingin merekam momen dimana Keraton Kaibon yang dahulu konon dihancurkan oleh pemerintah belanda pada tahun 1832, bersamaan dengan keraton Surosowan. Asal muasal penghancuran keraton, adalah ketika Du Puy, utusan Gubernur Jenderal Daen Dels meminta kepada Sultan Syafiudin untuk meneruskan proyek pembangunan jalan dari Anyer sampai Panarukan, juga pelabuhan armada Belanda di Teluk Lada (di Labuhan). Jika ditinjau dari namanya (Kaibon = Keibuan), keraton ini dibangun untuk ibu Sultan Syafiudin, Ratu Aisyah mengigat pada waktu itu, sebagai sultan ke 21 dari kerajaan Banten, Sultan Syaifusin masih sangat muda (masih berumur 5 tahun) untuk memegang tampuk pemerintahan.
Tetapi kini Keraton yang dahulu terkenal dengan bangunan yang kokoh sekarang beralih fungsi menjadi lapangan sepak bola, dan beberapa lapak para pedagang. Yang lebih dikhawatirkan lagi jika generasi generasi saat ini tidak tahu sedikit saja tantang sejarah. Bung Karno pernah berkata bahwa JAS MERAH!, Jangan Melupakan Sejarah. Itu salah satu bukti bahwa kegigihan dan perjuangan yang telah di torehkan oleh pahlawan atau orang orang terdahulu harus terus dikenang dan perhatikan. Kurangnya minat datang ke tempat tempat wisata sejarah membuat cagar cagar budaya tersebut tak lagi terawat. Para petugas keamanan cagar budaya pun enggan memperhatikan. Oleh karena itu, mari kita jaga dan rawat cagar budaya disekitar. Datang dan pelajari mengapa bangunan itu berbentuk agar anak cucu kita nanti bisa menikmati dan mempelajari sejarah bangsanya sendiri.